IBU….
MAMA….
BUNDA…..
UMI….
MAMI….
Mungkin ada dari kalian yang senang mendengar kata-kata ini.
Mungkin ada dari kalian yang sedih mendengar kata-kata ini.
Mungkin ada dari kalian yang terharu mendengar kata-kata ini.
Mungkin ada dari kalian yang bete mendengar kata-kata ini.
Atau mungkin juga ada dari kalian yang KANGEN mendengar kata
ini.
Yap! Itulah yang aku
rasakan sekarang, yang terakhir itu, KANGEN! Sudah sekitar 1 bulan lebih mama
pergi. Setelah 6 hari Mamaku dirawat di rumah sakit, akhirnya Mama dipanggil
kembali oleh Allah SWT. Penyakitnya? Penyakit yang sekarang sudah sangat umum
diderita orang Indonesia. Kanker, tepatnya kanker hati. Stadium lanjut.
Kedengarannya
menyeramkan yaaa? Awalnya aku pun merasa begitu. Kedengarannya seram sekali
begitu tahu ibuku terkena penyakit ganas ini. Tetapi setelah 7 bulan berjalan
sampai akhirnya Mama wafat, akhirnya aku merasa ini hanyalah sebuah berkah yang
Allah SWT berikan kepada ibuku yang InsyaAllah akan berperan sebagai penghapus
dosa-dosa beliau. AMIN Ya Rabbal Alamiin :)
Di post kali ini, sebenarnya
aku ingin berbagi pengalaman, perasaan, dan sedikit ceritaku mengenai sosok mama
yang sekarang sudah kembali kepada Allah SWT. Perlu diingat teman-teman, post ku ini hanya sekedar ingin berbagi dengan
kalian semua yaaa…so aku berharap kalian bisa mengambil manfaat dari tulisanku
ini :) jika ada yang kurang berkenan, sok atuh jangan dihiraukan yaa..itu murni kelalaian
dari diriku sendiri sebagai penulis post ini, so I’m sorry in advanced :*
Ditinggal Ibu….well,
jangan ditanya, rasanya….ah, tidak bisa dideskripsikan deh. Sedih. Senang.
Galau. Terpukul. Bingung. Sedih dan terpukul karena sosok yang sangat berharga
dalam hidupku, yang selama ini menjadi panutan nomor satu-ku dalam bertindak,
yang selama ini menjadi “ember” curhat-ku dan beliau senantiasa mendengarkan
dan memberikan solusi, sosok yang menjadi favoritku when it comes to hugging
and cuddling, sekarang sudah tiada bersamaku dan keluarga. Galau dan bingung
karena terkadang aku suka mempertanyakan diriku sendiri, bisakah aku hidup
tanpa beliau? Paling tidak itu pertanyaan yang paling sering muncul di benakku
sesaat setelah beliau pergi. Alhamdulillah berkat dukungan keluarga dan
teman-teman yang luar biasa, selalu menemaniku dan meyakinkan bahwa aku tidak
seorang diri, aku mulai memudarkan pikiran negatif itu. Semoga kedepannya cara
berpikirku bisa lebih baik dan lebih dewasa lagi. Dan ini yang mungkin akan
membuat teman-teman bertanya-tanya. Kenapa aku juga merasa senang? Karena
impian terbesarku untuk mama tidak merasakan sakit apapun lagi, akhirnya sekarang
sudah terwujud :) like…she’s totally healthy now in His arms :)
Because you have no idea
how much pain that I have to endure, physically and mentally, when I saw her
struggling and fighting with her disease. it is so heartbreaking :"(.
Semenjak Mama pertama menderita sakit kanker
sekitar 7 bulan yang lalu, begitu banyak pikiran yang berkecamuk di benakku.
Dan yang paling mengganggu adalah, pikiran bahwa bagaimana kalo mama pergi meninggalkanku.
Sungguh godaan yang sangat berat. Terkadang aku sampai menangis memikirkan hal
ini. Tetapi ketika aku melihat wajah mama yang saat itu masih fit walau sudah
terkena kanker, rasa-rasanya aku tidak pantas berpikir seperti itu, karena umur
adalah rahasia Allah SWT, dan aku tidak boleh berpikir melampaui batas. Aku
jadi merubah pikiranku menjadi pikiran yang lebih positif. Bagaimana mama bisa
segera sembuh dengan penanganan dokter dan usaha lainnya, serta doa dari
keluarga dan kerabat.
Perjuangan mama bertahan
dari penyakit kanker selama 7 bulan kemarin, merupakan sebuah perjalanan yang
penuh liku dan sangat emosional bagi mama pribadi dan keluarga. Alasan
utamanya, pada saat awal mama sakit dan menjalani operasi pengangkatan tumor
kanker di ususnya, selang beberapa lama kemudian kakak perempuanku yang tertua
dilamar oleh lelaki yang sekarang sudah menjadi kakak iparku. Ini adalah hal
yang paling membahagiakan untuk mama, karena jodoh kakakku yang selama ini
ditunggu, akhirnya datang atas izin Allah SWT. Bahkan pada moment tersebut, aku
melihat mama seperti tidak sakit apa-apa. Karena beliau begitu bahagia :). Walaupun sakit, mama
tetap mempersiapkan pernikahan kakakku dengan semangat. Dan aku sering menemani
beliau untuk mengurus macam-macam keperluan sambil merawatnya.
Menjelang pernikahan
kakakku, mama dirawat dirumah sakit untuk merawat kondisinya yang saat itu kekurangan
albumin dengan tingkat bilirubin yang tinggi dikarenakan fungsi organ hatinya
sudah sangat menurun. Tadinya mau sekalian di kemoterapi jika memungkinkan,
namun mama bersikeras untuk absen dari perawatan selama beberapa hari terlebih
dahulu dan menghadiri pernikahan kakakku. Dengan mata dan badannya yang begitu
kuning karena tingkat bilirubinnya yang tinggi, mama tetap menghadiri
pernikahan kakakku dengan semangat walau harus menggunakan kursi roda. Wajahnya
tetap bersinar. Terlihat sekali bahwa beliau sangat bahagia akan pernikahan
kakakku. Senyumnya begitu indah saat kakakku dinyatakan “Sah” sebagai suami-istri
dengan kakak iparku. Sungguh, momen yang sangat magical.
Mama dan Papa saat menghadiri pernikahan Kakakku....My Diamonds that I always treasured :D And look at my Mom's happy smile...She is soooo beautiful :D |
Setelah rangkaian pernikahan kakakku selesai, singkat cerita
ibuku langsung dirawat di rumah sakit kembali untuk dikemoterapi. Namun Allah
berkata lain, karena tingkat bilirubin mama yang tinggi sekali dokter
mengatakan bahwa mama tidak bisa di kemoterapi. Jujur pada saat aku mendengar
hal ini, hatiku hancur lebur, habis. Aku sangat terpuruk saat itu, mendengar
bahwa sudah tidak ada harapan bagi ibuku untuk ditangani secara medis. Namun
segala cara tetap diusahakan oleh keluarga. Ibuku akhirnya pulang kembali ke
rumah. Ibuku menjalani pengobatan herbal dirumah dengan dukungan infus agar
badannya tidak lemas. Itulah saat-saat paling intimku bersama mama, saat-saat
dimana mama dirawat dirumah, karena praktis aku yang menjaga dan merawat beliau
karena kedua kakakku bekerja dan aku sendiri baru lulus kuliah. Kakakku juga
selalu memonitoring keadaan mama walaupun mereka bekerja, dan aku yakin pikiran
mereka kurang fokus karena selalu terpikir bagaimana keadaan mama di rumah.
Untuk itu aku harus selalu memastikan bahwa mama terawat dengan baik di rumah.
Selama 10 hari mama di rawat olehku dan satu orang perawat di
rumah, dan saat weekend kakakku bergantian menjaga beliau. Jujur, itu adalah saat-saat yang sangat amat
melelahkan, aku akui. Tetapi disaat yang
sama, itu adalah saat-saat yang paling berharga dan paling tidak ternilai di
dalam hidupku sampai saat ini. Dan yang pasti, selamanya :)
Dan pada hari ke-11 mama dirawat dirumah, tepatnya hari senin
tanggal 6 Juli 2015, kejadian yang tak disangka-sangka terjadi. Mama mengalami
pendarahan di stoma bagian perut hasil operasinya yang terdahulu. Sontak aku
panik dan tak tahu lagi apa yang harus aku lakukan. Aku hanya berpikir untuk
membawa mama ke UGD, itu saja. Akhirnya aku mengantarkan mama ke UGD, dan
akhirnya mama harus dirawat di rumah sakit.
To be continued......
0 komentar:
Posting Komentar